PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN

ALPHA

TERRA

ORGANIC NPK

PALM OIL TRUNK INJECTION FERTILIZER

SILIKA

MEMBANGUN TOPSOIL YANG BAIK

PENGENDALIAN HAMA

PENANGANAN PASCA PANEN

PEMANFAATAN AGRO-METEOROLOGI UNTUK PERTANIAN

APLIKASI SPESIFIK TANAMAN

Dosis Rekomendasi

PEMANFAATAN AGRO-METEOROLOGI UNTUK PERTANIAN
KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN DAN KAITANNYA DENGAN PRAKIRAAN SAAT TANAM

Waktu penanaman atau penebaran benih terkait erat dengan Kadar Kelembaban Tanah Permukaan. Dalam kadar kelembaban tertentu, akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

 

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan adalah AFWA Surface Soil Moisture dalam Crop Explorer.

 

AFWA Surface soil moisture levels (kadar air tanah permukaan) berguna untuk pemantauan kegiatan penanaman dan panen tanaman pada umumnya. Diasumsikan kadar air tanah permukaan mampu memegang air maksimum sebanyak 25 mm, yang berarti tektur tanah akan berpengaruh pada kapasitas tanah lapisan-teratas.

Pengaruh Kadar Air Tanah Permukaan terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:

  • 20-25 mm air baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman baru, dimana akar masih sedikit dan pendek. Namun tingkat kebasahan ini akan menyulitkan pekerjaan lapangan (olah tanah), dan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan busuk akar dan pangkal batang pada tanaman muda.
  • 10-20 mm air secara umum baik untuk pertumbuhan dan kegiatan lapangan yang aktif.
  • ≤ 10 mm tidak cukup untuk mendukung perkecambahan atau pertumbuhan awal tanaman.

 

Sebagai contoh:

Dibawah ini adalah grafik Kadar Air Tanah Permukaan Nusa Tenggara Timur (Surface Soil Moisture of Nusa Tenggara Timur) tahun 2011 dan 2012. Grafik tersebut dibagi dalam 3 zona, yakni Zona Biru (20-25 mm) yang cocok untuk penanaman / penebaran benh, dimana dalam hal ini jatuh pada waktu antara pertengahan Desember sampai dengan pertengahan Maret, namun hati-hati terhadap selang waktu antara akhir january hingga pertengahan Febuari dimana terjadi penurunan kadar air tanah permukaan. Oleh sebab itu waktu dari penanaman sampai dengan terbentukan perakaran yang memadai harus berada dalam zona kadar air tanah permukaan yang sesuai. Setelah perakaran terbentuk dengan baik, tanaman mulai dapat memanfaatkan ketersediaan air tanah pada lapisan yang lebih dalam. Dan dengan menggunakan data yang dimutakhirkan setiap 10 hari sekali, kita bisa memprakirakan waktu terbaik untuk penaburan/penanaman benih pada lahan tadah hujan.

 

 

surface soil moisture

 

 

Pejelasan umum Model Kadar Air Tanah Dua-lapisan

Model kadar air tanah dua-lapisan adalah cara pencatatan atas pertambahan dan pengurangan air tanah melalui perekaman jumlah air yang hilang oleh evapotranspirasi dan pengisian kembali oleh hujan. Tujuan pemodelan ini adalah untuk memperkirakan apakah simpanan air oleh tanah cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal.

Kadar air tanah antara dua-lapisan tanah diperhitungkan secara harian (mm/hari hujan atau evapotranspirasi). Air pada lapisan tanah teratas diasumsikan mampu menyimpan air sebanyak 25 mm, dan lapisan dibawahnya mampu menyimpan 0-400 mm/m air tanah, tergantung pada kapasitas simpan air oleh tanah / soils water holding capacity (tergantung pada tektur tanah dan kedalaman tanah.

Model ini berasumsi bahwa hujan masuk kedalam lapisan tanah permukaan terlebih dahulu, baru kemudian lapisan tanah dibawahnya. Air yang terkandung dalam tanah berkurang oleh evapotranspirasi, dimana air pada lapisan permukaan berkurang lebih dahulu baru kemudian lapisan dibawahnya. Ketika kapasitas simpan air kedua palisan tanah tersebut penuh, air hujan selebihnya dianggap sebagai air buangan atau air tanah dalam.

Evapotranspirasi harian dari kedua lapisan tersebut dihitung menggunakan rumus FAO 56 Penman-Monteith equation dan hujan harian diperkirakan dari pengamatan permukaan dan data satelit. Kapasitas simpan air oleh tanah diperoleh dari peta digital FAO ( FAO Digital Soil Map of the World ).

Rujukan kepada sumber data ("Data Sources") untuk pemahaman lebih lanjut.

 


Share :